Tuesday, July 22, 2008

Monologue


Ya Syaikh, Ana mendengar kabar yang gak enak tentang Syaikh...
Kabar apa..? (cengar-cengir)
Katanya Syaikh sekarang banyak utangnya?
Siapa yang bilang? Ya kalo punya utang, nanti dibayar...
Bayar pake apa?
Ya bayar pake uang juga, no, masak pake daun. Kalo gak punya uang, ya rumahnya itu kan bisa dijual buat bayar utangnya.

Trus, Ana juga denger Syaikh udah gak peduli lagi dengan keluarga
Ah, ya enggak no. Masak Ana gak peduli, enggak (gelisah-gelisah mau marah)

Syaikh juga udah gak pernah lagi memberi nafkah kepada istri
Hmm.. istri di rumah kan sudah ada usaha untuk penghidupannya
Tapi Syaikh juga bekerja dan mendapat gaji. Apakah gaji itu tidak diberikan kepada istri Syaikh?
Mmm...Ana punya usaha yang Insya Allah kalau berhasil, hasilnya akan Ana berikan semua kepada istri Ana dan juga kepada anak-anak yatim dan fakir miskin. Insya Allah, pahalanya lebih besar jika dibanding dengan pengorbanan yang sekarang harus diterimanya.
Alhamdulillah kalau Syaikh punya rencana seperti itu. Apakah utang Syaikh itu juga termasuk bagian dari rencana usaha Syaikh ini?
Ya...begitulah...
Apakah pantas menurut Syaikh, berhutang dan mengorbankan yang wajib untuk mengerjakan yang sunnah?
Hmmm...

Umur Syaikh sekarang sudah melebihi umur Rasulullah saw. Syaikh telah diberi waktu melebihi waktu yang Allah berikan untuk kekasihnya. Pernahkah Syaikh berpikir sebelum tidur, bahwa mungkin saja malaikat Izrail datang mencabut nyawa Syaikh ketika Syaikh sedang tidur?
Hmmm...
Apa jawaban Syaikh nanti jika ditanya malaikat Munkar dan Nakir perihal kewajiban Syaikh terhadap istri Syaikh? Terhadap utang-utang Syaikh yang belum terbayar? Terhadap janji-janji Syaikh kepada para pemberi hutang? Terhadap harta Syaikh kemana larinya?
Hmmm...

Mohon maaf, Syaikh, apakah Syaikh masih memiliki keinginan atau mimpi yang belum sempat terlaksana?
Hmmm...rasanya tidak. Tapi Ana ingin sekali memiliki uang dan kekuasaan untuk membantu para dhuafa
Alhamdulillah Syaikh, itu keinginan yang luhur dan mulia. Tapi tahukah Syaikh, keinginan juga adalah celah yang bisa dimasuki setan untuk menjauhkan kita dari Allah. Keinginan kita tampaknya bagus dan tak tercela, kita mengerahkan segala kemampuan kita untuk mewujudkannya. Ketika terwujud, setan membisikkan bahwa itu semua adalah berkat usahanya sendiri, Allah tak ada sangkut pautnya, atau karena bantuan dari seorang Yahudi yang sangat baik sehingga kita tertipu dan mengatakan bahwa Yahudi adalah kekasih Allah. Atau ketika keinginan itu tak terwujud, kita menjadi putus asa, kemudian berbalik menghujat Allah dan akhirnya menghalalkan segala cara demi terwujudnya keinginan. Kita lupa bahwa kita diajarkan untuk mengucapkan Laa haulaa wa laa quwwata illa billaah...
Hmmm...

Ya Syaikh, Ana sungguh berharap Syaikh tidak lupa terhadap kewajiban Syaikh. Ana sungguh sedih jika Syaikh berpanjang angan di saat usia Syaikh sudah diambang senja seperti ini. Apa jadinya nanti jika kewajiban Syaikh yang wajib dan di depan mata Syaikh tinggalkan dan angan-angan Syaikh yang panjang belum juga sampai di ujungnya tapi ajal telah datang menjemput? Sungguh Syaikh, Ana berdoa untuk Syaikh, semoga Allah memberi petunjuk dan menjauhkan Syaikh dari godaan syetan, baik dari golongan jin maupun manusia dan mewafatkan Syaikh dalam keadaan khusnul khotimah.
Amin...

No comments: