Sunday, June 22, 2008

Kasih sayang Allah bagi orang kafir


<Start Quote>

Di majalah Ummat, saya membaca tulisan Bapak Alwi Shihab. Di universitasnya, di Amerika Serikat, beliau menyaksikan orang-orang kafir yang akhlaknya sangat bagus, yang mencurahkan perhatiannya kepada ilmu dengan tidak memperhatikan hal-hal duniawi. Mereka masih kafir. Lalu dalam pikiran beliau bergulat berbagai masalah: Bagaimana orang kafir bisa begitu baik akhlaknya dan mengabdi kepada Allah? Bagaimanakah (nasib) mereka di akhirat nanti? Yang menarik dari kesimpulan Alwi Shihab adalah beliau menunjuk kepada besarnya kasih sayang Allah swt.

Kalau kita memikirkan betapa besarnya kasih sayang Allah daripada murka-Nya, maka besar dugaan kita, kasih sayang Allah tidak hanya meliputi orang-orang Islam, tetapi juga orang-orang kafir. Ustad Alwi Shihab menduga bahwa orang-orang saleh yang agamanya berlainan akan mendapat limpahan kasih sayang Allah swt juga.

<End Quote>

Quote di atas diambil dari tulisan Jalaludin Rakhmat yang judulnya Basmalah: Tinjauan Sufistik yang saya terima via milis yang saya ikuti. Menarik mengomentari kesimpulan Alwi Shihab yang saya yakin banyak juga yang punya kesimpulan senada dengan beliau.

Komentar saya, Seandainya kesimpulan Alwi Shihab benar, maka rasanya tidak akan ada episode Rasulullah saw menangisi kematian Abu Thalib, pamannya yang amat mencintai Beliau dan Beliau pun amat menyayangi pamannya tsb. Tidak akan ada pula adegan dimana Rasulullah saw memohonkan ampunan untuk pamannya tsb. Karena seandainya kesimpulan Alwi Shihab benar, maka jalur yang ditempuh Abu Thalib adalah sudah pasti jalur surga.

Untuk dicatat, limpahan kasih sayang Allah untuk orang kafir adalah limpahan kasih sayang di dunia. Mereka menghirup udara yang sama dengan udara yang dihirup kaum beriman, mereka mendapatkan haknya atas hasil yang mereka usahakan di dunia secara adil, mereka melakukan kerusakan dan melakukan praktik homoseksual namun gunung tidak terbelah karena limpahan kasih sayang Allah. Tapi di akhirat, saya kira nasibnya akan seperti nasib Abu Thalib.

Dalam suatu cerita pernah saya baca bahwa khalifah Umar bin Khattab menangis sedih melihat seorang pendeta yang akhlaknya sangat baik dan suka membantu sesama. Ketika ditanya mengapa beliau menangis, beliau menjawab bahwa beliau teringat akan surat 88 Al Ghaasyiyah, yang artinya kurang lebih "Sudah datangkah kepadamu berita tentang hari pembalasan? Banyak wajah pada saat itu tunduk terhina, padahal mereka sudah bekerja keras lagi kepayahan, namun mereka masuk kepada api yang sangat panas (neraka)..."

Wallahu alam bish shawab


No comments: